Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sekitar Sumatera Selatan 
dan Kalimantan sudah dalam kondisi mengkhawatirkan dan merugikan. Tak 
hanya berdampak buruk bagi lingkungan, kabut asap juga menjadi ancaman 
serius bagi kesehatan. 
Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu 
Kedokteran Respirasi FKUI yang juga Kepala Badan Penelitian dan 
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI Tjandra 
Yoga Aditama mengatakan, gangguan kesehatan akan lebih mudah terjadi 
pada orang yang gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak.       
Dampak langsung
 yang akan dirasakan adalah infeksi paru dan saluran napas. Tjandra 
menjelaskan, kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal pada selaput 
lendir di hidung, mulut dan tenggorokan. Kemudian juga menyebabkan 
reaksi alergi, peradangan, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
 dan yang paling berat menjadi pneumonia. 
"Kemampuan paru dan 
saluran pernapasan mengatasi infeksi juga berkurang sehingga menyebabkan
 lebih mudah terjadi infeksi," jelas Tjandra, Senin (7/9/2015). 
Tjandra
 menjelaskan, ISPA pun akan lebih mudah terjadi karena ketidakseimbangan
 daya tahan tubuh, pola bakteri atau virus, ditambah buruknya 
lingkungan. 
Selain infeksi pernapasan, dampak lainnya yaitu, 
gangguan iritasi pada mata dan kulit akibat kontak langsung dengan asap 
kebakaran hutan. Mulai dari terasa gatal, mata berair, peradangan, dan 
infeksi yang memberat. Bagi yang telah memiliki asma dan penyakit paru 
kronis lain, seperti bronkitis kronik, dan PPOK akan diperburuk jika 
asap karena asap terhirup ke dalam paru. 
Menurut Tjandra, 
kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah
 dan mengalami kesulitan bernapas. 
"Berbagai penyakit kronik di 
berbagai organ tubuh, seperti jantung, hati, ginjal juga dapat saja memburuk. Sebab, dampak
 tidak langsung kabut asap dapat menurunkan daya tahan tubuh dan juga 
menimbulkan stres," ungkap Tjandra. 
Kemudian, secara tidak 
langsung asap kebakaran hutan dapat mencemari air bersih. Jika 
dikonsumsi masyarakat, bisa menganggu saluran cerna. Selain itu, dapat 
mencemari buah-buahan dan sayur-sayuran. Untuk itu cucilah hingga bersih
 sebelum dikonsumsi. 
Untuk mencegah efek buruk tersebut, Tjandra
 mengimbau masyarakat yang telah memiliki penyakit kronik dan gangguan 
pernapasan untuk mengurangi intensitas ke luar ke luar rumah. Selalu 
gunakan masker yang baik jika berada di luar rumah. Lalu, jangan lupa 
untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.                    
No comments:
Post a Comment