ist Cutaway dan berbagai jenis persenjataan yang bisa diangkut oleh Sukhoi Su-35.
Sukhoi
mengembangkan Su-35 berdasarkan pesawat tempur generasi sebelumnya,
Su-27 yang juga telah dimiliki oleh TNI-AU. Pengembangan Su-35 lebih
dititikberatkan pada pengembangan airframe (rangka),
elektronika sensor, dan avionik pesawat.
Di bidang airframe,
Sukhoi mendesain Su-35 agar rangkanya lebih kuat sehingga memiliki umur
yang lebih panjang dibanding generasi Su- sebelumnya. Selain itu,
dengan rangka yang lebih kokoh, Su-35 bisa diajak bermanuver lebih
ekstrem lagi.
Sukhoi mengklaim rangka umur Su-35 bisa bertahan
selama 6.000 jam, setara dengan 30 tahun operasi. Sementara itu, waktu
antar-servis (between-repairs period) juga diklaim meningkat
hingga 1.500 jam atau setara dengan 10 tahun operasi.
Radar cross-section
(RCS) yang diklaim lebih kecil oleh Sukhoi dalam generasi Su-35.
Materi
komposit yang lebih ringan dipilih untuk mengurangi bobot pesawat
hingga 20 persen dari generasi sebelumnya. Garis bidang pesawat juga
telah dimodifikasi sehingga mengurangi bidang pantulan radar (RCS/radar
cross section).
Sementara itu, intake (corong
masuk udara) mesin didesain lebih besar agar memberi suplai aliran udara
yang lebih baik.
Perbedaan lain, flaperon (sayap
penggerak pesawat) dibuat lebih besar dan tidak memiliki canard
(sayap kecil di moncong pesawat), seperti Su-30MKI.
Rem udara (airbrake)
yang sebelumnya terpasang di punggung Su-27 kini juga dihilangkan.
Fungsi airbrake tersebut digantikan dengan active rudder
yang terdapat di kedua sirip tegak pesawat.
Su-35 yang oleh NATO
diberi julukan Flanker E tersebut oleh Sukhoi dikategorikan sebagai
pesawat tempur generasi 4++. Artinya, ini merupakan versi penyempurnaan
dari generasi 4 sebelumnya (Su-27), tetapi memiliki fitur layaknya
pesawat tempur generasi 5.
Oleh Angkatan Udara Rusia, Su-35
dijadikan sebagai tulang punggung hingga nanti pesawat tempur siluman (stealth)
generasi berikutnya, yaitu PAK-FA, resmi dioperasikan.
Kokpit
Su-35
memiliki konsep kokpit dengan kendali (control colum) utama di
tengah dan memiliki kursi lontar zero-zero K-36D-3.5E buatan Zvesda.
Tipe zero-zero berarti pilot bisa eject dari pesawat meski
berada dalam kondisi diam (zero speed zero altitude).
Joystick
dan throttle pesawat juga telah menganut konsep HOTAS (Hands
on Throttle and Stick), artinya lokasi semua tombol kendali yang
dibutuhkan bisa diakses di dua batang kendali tersebut, termasuk
mengganti tampilan layar, memilih menu, mengaktifkan persenjataan dan
sebagainya.
Dengan menganut konsep tersebut, pilot diharapkan
tetap siaga karena kedua tangannya tetap memegang stick kendali
pesawat.
Selain kemampuan HOTAS, helm yang dipakai pilot juga
dilengkapi dengan teknologi HMS (helmet mounted sight), layar
kecil untuk menampilkan informasi penting di depan kaca helm.
Kokpit Sukhoi Su-35
Dari
segi antarmuka, Su-35 memiliki konsep all-glass cockpit dengan
layar LCD digital modern. Di dalam kokpit terdapat dua layar LCD dengan
ukuran masing-masing 22,5 x 30 cm resolusi 1.400 x 1.050 piksel yang
menampilkan berbagai informasi.
LCD ini berfungsi untuk menerima,
memproses, dan mentransmisikan data dalam berbagai format, entah itu
grafis, angka, tampilan TV, dan sebagainya.
LCD juga bisa
digunakan untuk mengirim sinyal video dalam format digital ke unit video
recording jika dibutuhkan.
Sementara itu, bagian HUD (head
up display), atau layar kecil di atas dashboard, juga
memiliki ukuran yang lebar, dengan bidang pandang 30 x 20 derajat.
Sistem-sistem
yang lain di dalam kokpit itu termasuk sistem navigasi satelit dan
radio, peta digital, sistem optik dan elektronik untuk misi pengintaian,
serta sistem komunikasi digital.
Pesawat juga memiliki dua buah
antena radio UHF dan VHF, sistem coding suara dan radio, serta
sistem Link-16 untuk bertukar data antar-pesawat.
Semua sistem
tersebut dilayani oleh dua komputer utama yang memproses dan
mentransmisikan data ke pilot dalam kondisi krusial sehingga membantu
mengurangi beban kerja pilot.
Sistem radar
Walau
memiliki airframe dan avionik baru, Su-35 tetap menggunakan
radar seperti yang dipakai dalam Su-27. Radar buatan Irbis ini menganut
desain PESA (Passive Electronic Scanning Array).
Berbeda dengan
metode AESA (Active Electronic Scanning Array), PESA hanya membutuhkan
satu rumah sensor dan antena untuk memancarkan dan menerima sinyal.
Sensor
radar bisa dibelokkan 120 derajat secara horizontal dan 60 derajat
secara vertikal. Semua relatif terhadap sumbu utama pesawat. Sensor bisa
dibelokkan hingga 120 derajat ke atas atau bawah dengan kontrol
elektronik dan tambahan mekanikal jika dibutuhkan.
Ilustrasi kemampuan
radar Sukhoi Su-35.
Mata Irbis ini tergolong tajam. Sensornya bisa
menjejak permukaan seluas 3 mete
r persegi dari jarak 400 km, atau 0,01
meter persegi dari jarak 90 km. Sementara itu, target darat bisa
diidentifikasi sejauh 200 km.
Yang mengagumkan, radar Irbis bisa
memantau dan mengikuti 30 target udara secara simultan dan bisa mengunci
dan menembak 8 sasaran sekaligus dengan misil udara-udara aktif, atau
dua target dengan misil udara-udara semi-aktif.
Jumah target yang bisa
dilacak dan dikunci oleh radar Irbis dalam Su-35.
Sementara itu,
untuk target darat, radar Irbis bisa mengunci empat target darat dan
mengunci dan menembak dua target sekaligus.
Semua itu bisa
dilakukan tanpa meninggalkan monitor ruang udara. Artinya, radar bisa
memonitor dan melacak target di udara dan di darat yang telah
diidentifikasi sebelumnya, sembari mencari target lain secara bersamaan.
IRST
"Mata"
lain yang dimiliki Su-35, seperti generasi sebelumnya, adalah IRST
(Infra-Red Sighting and Tracking). Unit ini bisa dikenali dari tonjolan
bulat yang biasanya terpasang di depan kaca kokpit.
IRST yang berada di
depan kaca kanopi Su-35.
IRST milik Su-35 berguna untuk mendeteksi
target secara pasif melalui panas yang dipancarkan target tersebut.
Varian
IRST yang dipakai Su-35 adalah OLS-35 yang bisa mendeteksi target udara
lewat panas yang dipancarkannya dari jarak 50 km saat berhadap-hadapan (head-on) dan
90 km di kuadran belakang.
Sistem ini juga bisa mengukur jarak
target dengan pesawat hingga 20 km dan target darat sejauh 30 km. IRST
milik Su-35 bisa memonitor dan mengikuti empat target udara yang berbeda
dan mengarahkan misil berpemandu laser ke arah sasaran.
Mesin
Saat
ini, Su-35 mengusung dua mesin turbofan Saturn 117S (AL-41A) yang
merupakan modifikasi dari mesin sebelumnya, AL-31. Nantinya, Su-35 bakal
mendapatkan pasokan mesin baru, yaitu AL-41F dengan kemampuan super-cruise
dengan daya thrust 15.000 kg.
Untuk saat ini, mesin
AL-41A yang dipakai di generasi awal memiliki kipas (fan) dan turbin (high
pressure/low pressure) yang baru serta sistem kontrol
digital di dalamnya.
Modernisasi ini diklaim oleh Sukhoi bisa
meningkatkan thrust hingga 16 persen, atau sekitar 14.500 kgf.
Dalam
mode maximum burner-free, thrust yang dihasilkan
mencapai 8.800 kgf.
Jika dibandingkan dengan mesin AL-31F yang
diapakai Su-27 saat ini, kemampuannya meningkat 2 hingga 2,7 kali.
Sebagai contoh, masa between-repair period akan meningkat dari
sebelumnya 500 hingga 1.000 jam (periode operasi sebelum overhaul
pertama adalah 1.500 jam).
Periode overhaul mesin yang
telah dimodifikasi akan meningkat menjadi antara 1.500 hingga 4.000
jam.
Su-35 memiliki 12
weapon station yang berada di sayap, wingtip, dan badan pesawat.
Persenjataan
Su-35
mampu menggotong cukup banyak arsenal dalam sekali angkut. Ini adalah
tuntutan sebagai pesawat multi-peran (multi-role).
Di
kedua sayapnya, terdapat enam cantelan misil dan dua wingtip rail
yang ada di ujung sayap. Selain itu, masih ada pula dua cantelan di
bawah masing-masing mesin dan dua lagi di perut pesawat sehingga total
Su-35 memiliki 12 hard point yang bisa dipasangi dengan
berbagai jenis misil udara-udara, udara-darat, atau sistem reconnaisance
untuk misi mata-mata atau penyusupan.
Su-35 saat ini kompatibel
dengan berbagai macam persenjataan. Daftarnya mencakup 4 jenis roket, 7
jenis misil, dan 4 jenis bom berbeda. Ditambah dengan sebuah kanon 30 mm
GSh-301 di "pundak" kanan pesawat yang bisa memuntahkan 150 butir
peluru dalam satu menit.
Daftar performa dan spesifikasi
Su-35:
Panjang: 21,9 m
Bentang sayap: 15,3 m
Tinggi:
5,9 m
Bobot takeoff maksimal: 34.500 kg
Jumlah
mesin: 2 Saturn 117S dengan TVC (Thrust Vector Control)
Daya dorong:
14.500 kg
Payload:
Tangki bahan bakar internal:
11.500 kg
Persenjataan: 8.000 kg
Daya jelajah:
Sea
level (normal): 1.580 km
In-altitude (lebih tinggi):
3.600 km
Dengan dua tangki ksternal PTB-2000: 4.500 km
Ketinggian
maksimum: 59.000 kaki (sekitar 18.000 m)
Rasio Thrust to
weight:
Maximum load: 0,84:1
Normal load:
1,14:1
Akselerasi:
600 km per jam-1.100 km per jam: 13,8 detik
1.000
km per jam-1.300 km per jam: 8 detik
Kecepatan menanjak: 55.100 feet
per menit, atau setara 280 m per detik
Kecepatan:
Maksimum:
Mach 2,25
Super-cruise dengan mesin AL-41F: Mach 1,6
Sea
level: 1.400 km per jam
G load: 9G
Jarak yang
dibutuhkan untuk takeoff/landing: 400-450 m/650 m
KOMPAS.com
No comments:
Post a Comment